Monday, December 5, 2016

Kondisi EBT di SINGAPURA / Renewable Energy in Singapore

Singapura memiliki sumber non EBT amat terbatas, sehingga sangat bergantung kepada impor minyak dan gas alam. Keputusan pindah dari BBM ke gas alam terjadi pada tahun 2001, dan 80% pembangkit listrik di Singapura menggunakan gas alam. Oleh karena itu, EBT menjadi titik fokus pemerintah secara politik dan ekonomi, sehingga Singapura merupakan negara paling aktif mengembangkan EBT. Banyak seminar dunia di bidang EBT diadakan di Singapura. Beasiswa untuk mahasiswa pascasarjana dan program PhD yang berminat di bidang EBT banyak ditawarkan oleh pemerintah dan swasta. Sementara, the National Environmental Agency (NEA) bertanggungjawab terhadap semua koordinasi manajemen limbah/sampah Singapura untuk mereduksi sampah kayu, plastik, Elektronik, ban, dan pertanian.dll., dengan cara reduksi volum (insinerasi), daur-ulang, reduksi sampah TPA, dan minimisasi sampah.

Penduduk Singapura (yang rerata kaya) dianggap menghasilkan sampah sekitar 3,4kg per orang, rumah tangga sekitar 13,6kg sampah per rumah, sehingga secara negara per hari Singapore memproduksi sampah 16,75kg atau sekitar 7.269.500 ton per tahun (2012). Itu berarti ecological footprint (ukuran dampak manusia terhadap ekosistem bumi atau jumlah tanah dan laut produktif yang dapat meregenerasi jumlah sumber daya yang terpakai oleh manusia, dan sampah yang dihasilkan dari sumber daya itu tidak merugikan) sekitar 6 (Kanada 7,01 global hectars per person, Biocapacity 14,92, ecological creator 7,91; contoh lain: Ecological Footprint USA 8, biocapacity 3,87, ecological debtor -4,13), RD Congo: EF 0,75, BC 2,76, E creator +2,01.

Saran untuk menurunkan ecological footprint: 1) baca buku di perpus jangan beli buku; 2) gunakan kembali kertas; 3) kurangi merokok; 4) kurangi makanan cepat saji khususnya daging; 5) minum air rumah jangan beli air botol; 6) berkendara secara efisien (irit BB, santai); 7) lepaskan cas-an bila tidak dipakai; 8) gunakan digital; 9) set komputer ke moda power-saver; 10) pilih wakilmu secara bijak dalam Pemilu, yang mengembangkan kebijakan pengembangan berkelanjutan. 

BIOMASSA

Sejauh ini, Singapura mengandalkan kepada penggunaan biomassa sebagai sumber EBT yang tersimpan dalam zat organik seperti kayu, daun, limbah binatang, hasil pertanian, dll. Sampah yang dibuang sekitar 40% (37% diinsinerasi di 4 Fasilitas WtE, 3% di kirim ke TPA / Landfill di Semakau), dan sisanya (60%) digunakan kembali (didaur-ulang), dan laju daur-ulang tsb terus meningkat dari tahun ke tahun. Perusahaan dengan capaian  tinggi dalam mereduksi sampah pengepakan dengan cara 3R (Reduce, Reuse, Recycle) terhadap wadah/pengepakan diberikan hadiah.

Fsilitas insinerasi /pembakaran 37% sampah kota menghasilkan panas yang dapat digunakan untuk menggerakkan turbin hingga menghasilkan listrik. Hal itu terjadi di Ulu Pandan IP (=Inceneration Plant)  (1100 ton/hari, 16 MW, beroperasi th 1979), Tuas IP (1700 ton/hari, 46 MW, th 1986), Senoko IP (2400 ton/hari, 56 MW, th 1992), Tuas Selatan IP (3000 ton/hari, 80 MW, th 2000). 

Akan tetapi, masih ada sekitar 180.000 ton limbah yang tak dapat didaur-lang  per tahun menuju TPA Semakau (the world's first-of-its-kind offshore landfill, 8 km Selatan Singapura, merangkap tempat wisata, sport fishing, bird watching, dan PLTB) yang ditaksir akan penuh tahun 2040, dan sayangnya tidak ada tempat lain untuk mengelolanya. NEA menduga satu fasilitas insinerator baru yang amat mahal akan diperlukan setiap 5-7 tahun, dan satu TPA seperti TPA Semakau akan diperlukan untuk setiap 25-30 tahun. Hal ini adalah masalah lingkungan dan ekonomi yang serius di Singapura, kecuali lakukan cara: gunakan kembali sampah, dan Live Green, agar terjadi zero landfill, dan zero waste.

SURYA

Sebagai negara yang dekat dengan garis khatulistiwa, Singapura berpotensi besar untuk menyerap tenaga surya. Singapura memuluskan langkah pengembangan EBT dengan membebaskan pajak selama 20 tahun bagi pabrik yang menggunakan panel surya, sehingga pasar energi surya meningkat tajam. 
Perusahaan Apple melengkapi PLTS di Singapore (Jan 2016). Pengembang PLTS grup Sunseap bermitra dengan Apple untuk mengoperasikan PLTS di atap-atap 800 gedung di Singapura. Hal itu mampu menghasilkan 50MW yang cukup melistriki 9.000 rumah.
Perusahaan energi Norwegia membuka fasilitas pabrik panel surya terbesar di dunia pada November 2010. Hal itu membuat Singapura ingin menjadi produsen piranti PLTS (wafer, sel, dan panel surya) terbesar di dunia.
Lembaga perumahan HDB (The Housing and Development Board) membeli panel surya senilai 2,3 juta dollar (1 MWpeak) dari Renewable Energy Corporation (REC, Norwegia) guna dipasang di atap apartemen. Sedikitnya 3.000 unit residensial dipasangi panel surya antara lain di Jurong, Aljunied, Telok Blangah, Bishan, Ang Mo Kio, dan Jalan Besar. HDB bersama konsultan Amerika, Dresser&McKee (CDM) juga mengembangkan model perencanaan lingkungan berkelanjutan menggunakan EBT khususnya energi surya di Punggol sebagai Eco-Town (mandiri di bidang transpotasi, puskesmas, toko, sekolah, fasilitas hiburan, tempat kerja, dan taman hiburan yang didukung oleh energi ramah lingkungan dan berkelanjutan).
Pengembangan grid mikro biodiesel dan panel surya di Pulau Ubin dicoba terhadap 30 KK dan perusahaan. Kesuksesan itu hanya membutuhkan biaya 80senUSD/kW.  

ANGIN

Perusahaan Singapura Sembcorp mengembangkan PLTB ~947W di Madya Pradesh, India (dana US$1,03miliar) via 2 tahap, tahap I ~540MW, dan tahap II ~407MW.
Singapura menjadi kantor pusat bagi perusahaan turbin angin asal Denmark, Vestas (dengan 150 staf) yang telah membangun 19% PLT Bayu dunia.
PLTB juga dibangun di TPA Semakau.


BIOFUEL

Tiga perusahaan (Natural Fuel, CMS Resources, Neste Oil/Finland) telah berkomitmen untuk memproduksi biofuel (termasuk biodiesel dan bioetanol) sekitar 2,8 juta ton per tahun.

Pabrik biodiesel
Dua perusahaan biodisel dibangun di Singapura untuk kebutuhan ekspor yang menggunakan bahan baku CPO dari Indonesia dan Malaysia. Cremer Gruppe dibangun di pulau Jurong, di kompleks petrokimia Singapura (dengan dana 20,1 juta USD) berkapasitas 200 ribu mt per tahun yang beroperasi tahun 2007 dan akan ditambah dua pabrik lagi selama 5 tahun ke depan. Pabrik yang kedua dibangun dengan kapasitas 150 ribu mt per tahun sebagai usaha patungan dengan Wilmar Holdings dan Archer Daniels Midland Co. Pabrik ini dapat ditingkatkan produksinya dua kali lipat (300 ribu mt/tahun).
Pabrik biodiesel terbesar di dunia (800ribu/th) dibangun oleh Neste Oil dari Finlandia yang berasal dari CPO dengan luas tanaman sawit setara 2,600-3.400 km2.

Minyak goreng bekas
Pada th 2003, Kom Mam Sun membangun Biofuel Research Pte Ltd yang memproduksi biodiesel 95% dari minyak goreng bekas (beli S$0.50-60, jual S$1.30 per liter) yang mengandung 11% asam lemak bebas. Pabrik itu dibangun di Tuas (Alpha Biofuels plant) dengan dana 380 ribu USD yang mampu memproduksi 1.500 ton biodiesel (B100 tanpa campuran) per bulan untuk kebutuhan lokal. Hotel Westin akan menggunakan 8,000 ton minyak goreng bekas dari dapur sendiri dan organisasi lainnya di sekitar kota sebagai bahan bakar limusin jaguarnya.Biodiesel itu berasal dari Tuas dan pabrik mini biodiesel di lantai 5 hotel itu.

Singapura juga mengembangkan reduksi sampah dan tata air di Bendungan Marina bekerjasama dengan CDM.

Di sisi lain, Singapura berkeinginan menjadi pusat investasi, pengembangan dan pendidikan, pusat pasar karbon dunia termasuk potensi barang dan jasa teknologi ramah lingkungan di Asia. Kawasan industri teknologi ramah lingkungan di Tual seluas 1km2 telah disiapkan dan telah memperkerjakan 1.200 orang, dan di sektor teknologi ramah lingkungan akan memperkerjakan hingga 18.000 orang sampai tahun 2015.
Pada tahun 2015, industri energi bersih Singapura juga diharapkan mengkontribusi 1,7 milyar S$ terhadap produk domestik bruto dan menciptakan 7 ribu lapangan kerja di bidang tenaga surya, sel tunam (fuel cell), tenaga angin, efisiensi energi, dan pelayanan karbon.

Singapura telah menjadi anggota REEEP (Renewable Energy and Energy Efficiency Partnership), negara ke 32 di dunia.



Ditulis oleh: Fathurrachman Fagi

No comments:

Post a Comment