Sunday, November 20, 2016

Fissi Dingin: Gas hidrogen dari air laut

Air segar di bumi yang diperlukan manusia hanya 2,75%, dan sekitar 97% berada di air laut yang tersedia bukan untuk konsumsi manusia tetapi salah satunya merupakan sumber energi tak terbatas.  Perusahaan Canada FuelReducer mengembangkan teknologi energi baru yang dapat mengurangi ketergantungan dunia pada bahan bakar minyak (BBM) secara drastis. Proyek bahan bakar air (BBA) FuelReducer menitik-beratkan kepada air laut guna memproduksi BBH (Bahan Bakar Hidrogen) pengganti BBM. Mereka mengembangkan purwarupa yang dapat memisahkan air (H2O) dari air laut menjadi oksigen untuk kehidupan manusia dan hidrogen untuk BB menggunakan frekuensi radio rendah Energi yang digunakan untuk memisahkan air menjadi BBH dan oksigen ditemukan sangat rendah. Teknik ini disebut Fissi dingin (Cold Fission) bukan Fusi Dingin (Cold Fusion). 
                                                    (5W, 12V)                        
    H2O (air) + Frekuensi  radio ===========> 1/2 O2 + H2 (BBH)

Beberapa pasangan Frekuensi (dalam Hz) dan Duty Cycle (D) berikut akan menghasilkan BBH lumayan: F640 D60; F800 D80; F1200.6Volts. Sementara, bila menggunakan 12V, maka gas hidrogen yang diperoleh dapat menyalakan genset jinjing.

Ikatan atom oksigen dan hidrogen dalam air sebenarnya sangat kuat, berupa tarikan elektromagnetik antar atom, tetapi Fissi Dingin mampu memisahkan ikatan atom hidrogen dan oksigen hanya dengan energi frekuensi radio rendah saja. Tenaga listrik sebesar 5Watt 12Volt dari Panel Surya sudah cukup untuk memecahkan air menjadi gas oksigen dan gas hidrogen. Satu liter air menghasilkan 160 liter gas hidrogen. 

Penggunaan teknologi antenna - penerima energi radian Tesla - menjadi pilihan pula saat ini. Sebuah antenna menangkap energi positif >200 volt dari udara (sekitar 2 m di atas kepala) terhadap tanah (tanah memiliki muatan negatif sekitar 400.000 columb) mengubahnya menjadi arus listrik yang mampu memberdayakan sel BBH Fissi Dingin  secara gratis.
 
Baterai bumi pun dapat pula digunakan untuk maksud itu, dengan menancapkan satu set pipa tembaga dan pipa baja galvanis yang ditanam di tanah (atau di air laut) kemudian dihubungkan dengan kawat. Dengan menaikkan jumlah set pipa atau panjang pipa yang dipasang, tegangan listrik yang ditimbulkan makin tinggi.

Kunci pokok reaktor Fissi Dingin adalah mencari frekuensi resonansi yang pas untuk menggetarkan ikatan itu sehingga mampu melepaskan ikatan atom oksigen dan hidrogen. Frekuensi yang pas itu telah ditemukan. Penggunaan frekuensi resonansi gelombang radio pada reaktor Fissi Dingin terhadap air laut dapat menghasilkan BBH.


Di sisi lain, peneliti Australia (ACES) mengembangkan katalis yang dibantu oleh cahaya sebagai input energi rendah guna mengaktivasi oksidasi air yang merupakan langkah pertama pemisahan air untuk menghasilkan BBH. Mereka menemukan khlorofil buatan yang dilapiskan ke sebuah film plastik yang konduktif, sehingga berfungsi sebagai katalis untuk memulai pemisahan air. Lima liter air laut per hari akan menghasilkan gas hidrogen yang cukup melistriki sebuah rumah dan mobil listrik selama sehari.

Contoh lain dari DN: Mahasiswa Unbraw Malang (Juli 2014) memanfaatkan air laut sebagai umpan penghasil gas hidrogen yang alat rakitannya disebut Anti Galau.
 
Tidak ada efek samping terhadap lingkungan dengan membakar BBH (tidak ada emisi karbon dan gas racun). BBH dari air laut aman digunakan untuk pembangkit listrik, kompor, pembangkit listrik darurat, mesin motor tongkang, panggang-memanggang, tungku gas dan lain-lain.

Air laut sebagai sumber BBH dapat mengurangi penggunaan BBM untuk energi dan BBM yang ada saat ini dapat dialih-fungsikan untuk maksud lain, misalnya sebagai bahan baku industri petrokimia.

Saat ini pemanasan global dituduh sebagai pemicu naiknya permukaan air laut, maka penggunaan air laut sebagai sumber BBH dengan teknik Fissi Dingin ini dapat menjadi salah satu penyelesaian menurunkan permukan laut. 

Permukaan laut menaik? bakarlah ....bila tidak, pulau yang Anda diami akan tenggelam.



Ditulis oleh: Fathurrachman Fagi





No comments:

Post a Comment